ETIKA
Etika
(ethic) juga berbicara tentang baik buruk, tetapi konsep baik buruk dalam etika
bersumber kepada kebudayaan, sementara konsep baik buruk dalam ilmu akhlak
bertumpu kepada konsep wahyu, meskipun akal juga mempunyai kontribusi dalam
menentukannya.
Dari segi ini maka dalam etika dikenal ada etika
Barat, etika Timur dan sebagainya, sementara al akhlaq al karimah tidak
mengenal konsep regional, meskipun perbedaan pendapat juga tidak dapat
dihindarkan.
Etika juga sering diartikan sebagai norma-norma
kepantasan (etiket), yakni apa yang dalam bahasa Arab disebut adab atau
tatakrama.
Di Al Qur’an juga dikenal istilah al ma’ruf, yakni
sesuatu yang secara sosial dipandang baik atau patut.Lawannya adalah al munkar,
yaitu kejahatan yang diselimuti dengan logika, sekan-akan kebaikan.Dari istilah
ini kita mengenal istilah amar ma’ruf nahy munkar.Sedangkan kejahatan murni
disebut fahisyah atau fahsya.
Kesimpulan :etika sebagai norma-norma kepantasan
(etiket), yakni apa yang dalam bahasa Arab disebut adab atau tatakrama.
Sumber : Ahmad Mubarok, 2009, Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, hal. 24.
Nama : Ewaldus chandra
Nim
: 2012210025
No
hp :085750718503
Kepemimpinan (Leadership)
Leadership is the exercises
of authority and the making of decisions
Maksudnya: Kepamimpinan adalah aktivitas para pemegang
kekuasaan dan membuat keputn dan membuat keputusan.
Stogdill, 1948:
Leadership is the process of influencing group
activities toward goal setting and goal achievement.
Maksudnya: Kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.
H. Blanchard:
Adalah tercapainya tujuan melalui kerja sama kelompok.
Ralph M. Stogdill, 1974:
Kepemimpinan adalah:
Suatu seni untuk menciptakan
kesesuaian paham,
Leadership as the art of
inducing compliance.
Suatu bentuk persuasi dan inspirasi,
Leadership as a form of
persuation.
Suatu kepribadian yang mempunyai
pengaruh,
Leadership as personality
and its effects.
Kesimpulan : Kepamimpinan adalah aktivitas para
pemegang kekuasaan dan membuat keputn dan membuat keputusan.
Sumber:
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia
Indonesia, 1984, h. 21-22.
Nama : ewaldus chandra
Nim : 2012210025
No hp : 085750718503
Kepemimpinan visioner
Kepemimpinan visioner,
adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha
yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara
memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi
yang jelas (Diana
Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan
kompetensi tertentu.Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci
sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus
(1992), yaitu: Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam
organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
Kesimpulan :kepemimpinan visioner adalah kepemimnan yang di
tunjukan untuk memberikan kerja sama
Sumber : Stephen C. Harper. The
Forward-Focused Organization: Visionary Thinking and Breakthrough Leadership to
Create Your Company’s Future.New York, NY: AMACOM, American Management
Association, 2001)
Nama : ewaldus chandra
Nim : 2012210025
No hp : 085750718503
Etika dan Filsafat
Kepemimpinan
Kepemimpinan berarti membuat orang
menyukai hal-hal yang tidak menyenangkan. “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
membuat orang mengerjakan hal yang tidak mereka sukai, dan menyukainya”
Dimana terdapat kelompok manusia, komunitas, jamaah,
atau umat yang hidup bersama (bermasyarakat), di sana diperlukan adanya suatu
bentuk kepemimpinan dan kepengurusan yang berfungsi mengatur dan mengurus jalannya
kehidupan dan hubungan antar manusia agar dinamis dan harmonis.
Kesimpulan :Kepemimpinan yang dibagikan adalah kepemimpinan yang
berlipat ganda “Tidak seorangpun dapat menjadi seorang pemimpin besar jika
ingin melakukan segalanya sendiri, atau mendapatkan semua pujian”
Sumber : Rachmat
Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Diva Press, Jogjakarta, 2008,
hlm16.
Nama : ewaldus chandra
Nim : 2012210025
No hp : 085750718503
Patologi kepemimpinan
Siagian (1994) mengemukakan bahwa patologi
birokrasi dapat dikategorikan menjadi lima kelompok sebagai berikut: patologi
yang timbul karena persepsi
dan gaya manajerial
para pejabat di lingkungan birokrasi;
patologi yang
disebabkan kurangya atau rendahnya pengetahuan dan
ketrampilan para petugas
pelaksana
berbagai kegiatan
operasional;patologi yang timbul karena tindakan
para anggota birokrasi
yang melanggar norma-norma hukum dan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku; patologi yang dimanifestasikan dalam
perilaku para birokrat
yang bersifat disfungsional atau negatif;
Kesimpulan : Patologi yang merupakan
akibat situasi internal dalam berbagai
instansi dalam
lingkungan pemerintahan
Sumber : Manz, Charles C.
& Henry P. Sims,Jr. 1990. Super-Leadership:
Leading Others To Lead Themselves. New York:
Berkley Books
Nama : ewaldus chandra
Nim : 2012210025
No hp : 085750718503
Etika publik
Etika Publik mulai serius
dibahas setelah skandal “Watergate”, skandal ini memicu pengesahan “The Ethics
in Government Act of 1978”, sejak itu orang menggunakan istilah “Etika Publik”
karena focus pada “pelayanan publik”.
Dalam tanggung jawab pelayanan publik, integritas
pribadi itu menjadi dasar integritas publik dengan dua modalitanya, yaitu
akuntabilitas dan transparansi.
Jadi “Etika Publik” berawal dari keprihatinan terhadap
pelayanan publik yang buruk karena konflik kepentingan dan korupsi.
Konflik kepentingan, korupsi dan birokrasi
berbelit-belit, akan melemahkan komitmen pejabat publik pada nilai-nilai etika
.
Korupsi menghakibatkan pejabat mengabaikan kepentingan
publik dan lebih memperhatikan kepentingan diri atau kelompoknya dan buruknya
pelayanan publik.
Etika publik menekankan bukan hanya kode etik atau
norma, namun terutama dimensi refleksi.
Etika publik mau membantu dalam mempertimbangkan pilihan
sarana kebijakan publik dan sekaligus sebagai alat evaluasi yang
memperhitungkan konsekuensi etisnya.
Maka focus diarahkan ke modalitas etika, yaitu
bagaimana menjembatani jurang antara norma moral (apa yang seharusnya
dilakukan) dan tindakan factual.
Keprihatinan etika publik pada modalitas membedakan
diri dengan ajaran-ajaran saleh atau moral yang lain.
Sehingga Etika Publik diperlukan untuk pembaharuan dan
perbaikan pelayanan publik.
Kesimpulan : Dalam tanggung jawab pelayanan publik,
integritas pribadi itu menjadi dasar integritas publik dengan dua modalitanya,
yaitu akuntabilitas dan transparansi.
Jadi “Etika Publik” berawal dari keprihatinan terhadap
pelayanan publik yang buruk karena konflik kepentingan dan korupsi.
Sumber : Haryatmoko, Etika Publik, Untuk Integritas
Pejabat Publik dan Politisi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Kompas Gramedia, 2011.
Nama : ewaldus chandra
Nim : 2012210025
No hp : 085750718503
Nama :
EWALDUS CHANDRA
Nim :
2012210025
Alamat Asal : entikong, Kalimantan barat ,
Indonesia
Alamat Sekarang :
Jln. Tlagawarna no.99.a Tlogomas Malang Jawa Timur Indonesia
Menyetujui dosen Mahasiswa
Sugeng Rusmiwari,Drs.,Msi Ewaldus
chandra
TUGAS
ETIKA DAN FILSAFAT KEPEMIMPINAN
OLEH
NAMA : EWALDUS CHANDRA
(2012210025)
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI
MALANG
2013